Sabtu, 02 Juni 2012

Enzim pepsin dan Enzim Tripsin


Enzim Pepsin

Pada lambung terdapat bolus (bahan makanan berbentuk bulat). Yang sudah dicerna oleh enzim ptialin atau lipase, dan menghasilkan getah lambung (HCl, Renin, Pepsin) dengan aksi mengaduk pylorus. Pada lambung hasil akhirnya berupa proteose, peptone dan gula sederhana.
Lemak yang masuk ke lambung disertai dengan air ludah dan bolus dengan bantuan HCl yang menyebabkan kontraksi otot lambung. Pada kantong empedu dan pankreas (enzim lipase) menghasilkan asam lemak dan gliserol yang diabsorpsi oleh usus.

Pepsin merupakan enzim yang dikeluarkan dalam bentuk prekursor enzim berupa pepsinogen. Pepsin mampu mendegradasi protein makan menjadi ikatan peptida. Pepsin merupakan salah satu enzimyang efektif untuk memdegradasi protein di dalam pencernaan makanan. Dua enzim lain nya adalah krimotripsin dan tripsin.  Selama terjadi proses pencernaan makanan. Ketiga enzim tersebut saling bekerja sama untuk memecah protein makanan menjadi peptida dan asam amino. Enzim Pepsin  bekerja di dalam lambung ( pencernaan protein ) . pepsin bertugas  memcerna kolagen yang merupakan unsur utama penyambung intraseluler daging.
Selama proses pencernaan, protein akan diubah menjadi pepton dengan bantuan enzim pepsin di dalam lambung. Kemudian pepton akan diubah menjadi asam amino dengan bantuan enzim tripsin di dalam usus halus. Asam amino inilah yang akan diserap oleh tubuh. Sama seperti karbohidrat, setiap 1 gram protein dapat menghasilkan energi sebesar 17 kilojoule. Kekurangan protein dapat menyebabkan busung lapar.

Cara kerja enzim pepsin
Protein                     enzim pepsin                       pepton
Enzim pepsin di hasilkan oleh kelenjar lambung berupa pepsinogen.
Pepsinogen bereaksi dengan asam lambung menjadi pepsin.
Pepsin memecah molekul protein yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana yaitu pepton.
Molekul pepton perlu di pecah lagi agar dapat di angkut  oleh darah.



Enzim tripsin di hasilkan oleh kelenjar pankreas
Tripsin di alirkan ke dalam usus dua belas jari ( duedenum )
Molekul asam amino di angkut darah dan di bawa ke seluruh sel yang membutuhkan
Selanjutnya sel akan merakit kembali asam amino membentuk protein untuk bebrbagai kebutuhan sel
Pepton – enzim tripsin – asam amino

Enzim lipase di hasilkan oleh kelenjar pankreas
Enzim lipase juga dihasilkan oleh lambung, tetapi jumlah nya sangat sedikit
Molekul lipid tidak dapat diangkut oleh cairan getah bening, - perlu di pecah menjadi molekul yang lebih kecil
Enzim lipase memecah molekul lipid menjadi asam lemak dan gliserol
Asam lemak dan gliserol tidak larut dalam air
Pengangkutam asam lemak dan gliserol di lakukan oleh cairan getah bening ( limfe )
Lipid – enzim lipase – asam lemak +gliserol


1. PENDAHULUAN
 1.1 Latar Belakang
 Suatu reaksi kimia, khususnya antara senyawa organik, yang dilakukan dalam laboratorium memerlukan suatu kondisi yang ditentukan oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan, waktu dan lainnya. Apabila salah satu kondisi tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dibutuhkan maka reaksi tidak dapat berlangsung dengan baik. Tubuh kita merupakan laboratorium yang sangat rumit, sebab didalamnya terjadi reaksi kimia yang beraneka ragam. Penguraian zat–zat yang terdapat dalam makanan kita, penggunaan hasil uraian untuk memperoleh energi, penggabungan kembali hasil uraian untuk membentuk persediaan makanan dalam tubuh atau in vivo tanpa memerlukan suhu tinggi dan dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Reaksi atau proses kimia yang berlangsung dengan baik dalam tubuh kita ini dimungkinkan karena adanya katalis yang disebut enzim. Ada beberapa enzim diantaranya adalah enzim Amilase, enzim Sukrase, Lipase, Pepsin, dan enzim Tripsin. Enzim Tripsin diproduksi di pankreas dalam bentuk trypsinogen zymogen tidak aktif. Bila pankreas dirangsang oleh cholecystokinin, itu kemudian dikeluarkan ke dalam usus kecil. Setelah di usus kecil, mengaktifkan enzim enteropeptidase ke tripsin dengan pemutusan proteolitik. Para trypsins dihasilkan sendiri mengaktifkan trypsinogens lebih (autocatalysis), sehingga hanya sejumlah kecil enteropeptidase diperlukan untuk memulai reaksi. Mekanisme aktivasi adalah umum bagi sebagian besar protease serin, dan berfungsi untuk mencegah autodigestion pancreas. Enzim Tripsin disekresi ke dalam duodenum, di mana ia bertindak untuk menghidrolisis peptida menjadi balok kecil-bangunan mereka, yaitu asam amino (peptida ini adalah hasil dari enzim pepsin menguraikan protein dalam lambung). Hal ini memungkinkan penyerapan protein dalam makanan karena peptida (meskipun lebih kecil dari protein) terlalu besar untuk diserap melalui lapisan usus yang paling bawah. Tripsin mengkatalisis hidrolisis ikatan peptida. 

1.2 Rumusan Masalah
 · Apa pengertian enzim Tripsin?
 · Apa fungsi enzim Tripsin?
 · Bagaimana cara kerja enzim Tripsin?
 · Apa keuntungan dari Enzim Tripsin? 
· Apa akibat kekurangan enzim Tripsin? 

1.3 Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah : 
· Untuk menjelaskan enzim Tripsin
 · Untuk menjelaskan fungsi dan cara kerja enzim Tripsin 
· Untuk menjelaskan keuntungan dari enzim Tripsin
 · Untuk menjelaskan akibat dari kekurangan enzim Tripsin 

1.4 Manfaat Manfaat dari makalah ini adalah : 
1. Agar mengetahui seluk beluk enzim Tripsin
 2. Agar mengetahui bagaimana cara kerja enzim Tripsin 
3. Agar mengetahui keuntungan dari enzim Tripsin
 4. Agar mengetahui akibat kekurangan enzim Tripsin

2. TINJAUAN PUSTAKA
 2.1 Pengertian Enzim Tripsin
 Tripsinogen merupakan enzim inaktif yang harus diaktifkan terlebih dahulu oleh enzim enterokinase yang dihasilkan oleh usus halus. Tripsinogen berubah menjadi tripsin yang aktif. Tripsin mengubah protein menjadi peptida dan asam amino (Almatsier, 2003). Tripsin adalah protease serina pankreas dengan substrat khusus 
rantai lysine dan arginin. Di manusia, enzim ini memproduksi enzim inaktif dari tripsinogen. Tripsinogen masuk usus kecil, biasanya melalui cairan empedu dimana tripsinogen diubah menjadi tripsin aktif (Alghamdi, 2010).

2.2 Fungsi Enzim Tripsin
 Fungsi enzim tripsin adalah mengubah protein menjadi bentuk yang lebih sederhana, seperti pepton dan asam amino. Enzim tripsi dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan dialirkan ke usus 12 jari (duodenum) (Biologipedia, 2011). Selain itu fungsi enzim tripsin adalah untuk mengubah tripsinogen menjadi tripsin aktif dan menghidrolisis protein yang dihasilkan oleh pankreas (Poedjiadi, 2006). 

2.3 Cara Kerja Ezim Tripsin
 Asam amino memiliki molekul yang lebih sederhana dibandingkan molekul pepton. Molekul asam amino inilah yang diangkut darah dan dibawah keseluruh sel yang membutuhkan. Selanjutnya sel akan merakit kembali asam2 amino membentuk protein untuk berbagai kebutuhan sel. Tripsin bekerja atas protein dalam makanan dan membantu menyempernakan proses pencernaan makanan didalam lambung bersama dengan enzim pepsin yang dihasilkan oleh lambung (Biologipedia, 2011). 

2.4 Keuntungan Enzim Tripsin 
Manfaat enzim tripsin adalah untuk membuat vaksin meningitis dari pankreas babi dan yang berperan adalah enzim tripsin di dalam pankreas babi. Meskipun dari pankreas babi yang dalam ajaran islam diharamkan tapi untuk pengobatan, pankreas babi bisa dibuat vaksin yang biasanya untuk jamaah haji. Selain itu antitripsin adalah suatu jenis protein yang menghambat kerja enzim tripsin di dalam tubuh. Senyawa ini secara alami banyak terdapat dalam kacang-kacangan terutama kacang kedelai. Faktor anti gizi ini menyebabkan pertumbuhan tidak normal pada tikus percobaan yang diberi ransum kedelai mentah dan juga mengalami hipertrofi (pembengkakan) pankreas. Aktivitas anti tripsin dalam kedelai dapat dihilangkan dengan cara perendaman yang diikuti pemanasan. Pemanasan dapat dilakukan dengan perebusan,pengukusan atau dengan menggunakan autoklaf (Sectiocadavaris, 2011). 

2.5 Akibat Kekurangan Enzim Tripsin
 Tanpa bantuan enzim, semua bahan makanan yang masuk ke dalam tubuh hanya sekedar numpang lewat. Enzim merupakan komponen penting yang diperlukan untuk proses pencernaan dan penyerapan makanan. Kini pemahaman masyarakat mengenai enzim pencernaan dan fungsinya masih sangat rendah. Umumnya masyarakat hanya mengaitkan masalah pencernaan dengan penyakit maag. Enzim bertanggung jawab menjaga kesehatan dan proses metabolisme di dalam tubuh. Kekurangan enzim dapat menyebabkan tubuh mengalami gangguan pencernaan yang selanjutnya menyebabkan gangguan penyerapan (malabsorpsi). Gejala malabsorpsi adalah kembung pada perut, nafsu makan menurun, diare dan perut tidak nyaman. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah malabsosrpsi akibat kekurangan enzim adalah dengan mengkonsumsi suplemen enzim. Kekurangan enzim akan menyebabkan tubuh mengalami gangguan pencernaan atau dalam istilah kedokteran disebut maldigesti, yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan pencernaan atau malabsorbsi. Di sisi lain, kekurangan enzim juga akan mengakibatkan timbulnya gas yang berlebih di dalam sistem pencernaan, baik di lambung maupun usus halus dan usus besar (Almatsier, 2003). 

DAFTAR PUSTAKA 
Alghamdi, Amani. 2010. Trypsin Activity. http://amanialghamdi.wordpress.com/Trypsin-Activity/ Diakses pada tanggal 16 April 2011 Almatsier, 
Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia. Jakarta 
Biologipedia. 2011. Cara Kerja Enzim Tripsin. http://Biologipedia.wordpress.com/2011/03/28/cara-kerja-enzim-tripsin/ Diakses pada tanggal 10 April 2011 Poedjiadi, 
Anna. dan F.M. Titin Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia. Jakarta Sectiocadavaris. 2011. http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/peran-enzim-dalam-metabolisme-dan-pemanfaatannya-di-bidang-diagnosis-dan-pengobatan/


Jurnal Mikrobiologi Pertanian "Inokulasi MIkroba"


JURNAL MIKROBIOLOGI PERTANIAN 

Tentang inokulasi mikroba


 

  
 Nama :
Yudi  Effriansyah
( 05101004006 )




JURUSAN  PETERNAKAN
FAKULTAS  PERTANIAN
UNIVERSITAS  SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011
























BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Dalam teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh suatu biakan yang murni, tetapi juga bagaimana memelihara serta mencegah pencemaran dari luar. Media untuk membiakkan bakteri haruslah steril sebelum digunakan. Pencemaran terutama berasal dari udara yang mengandung banyak mikroorganisme. Pemindahan biakan mikroba yang dibiakkan harus sangat hati-hati dan mematuhi prosedur laboratorium agar tidak terjadi kontaminasi. Oleh karena itu, diperlukan teknik-teknik dalam pembiakanmikroorganisme yang disebut dengan teknik inokulasi biakan (Dwijoseputro, 1998).
Teknik inokulasi merupakan suatu pekerjaan memindahkan bakteri dari mediumyang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Dengandemikian akan diperoleh biakan mikroorganisme yang dapat digunakan untuk pembelajaran mikrobiologi. Pada praktikum ini akan dilakukan teknik inokulasi biakanmikroorganisme pada medium steril untuk mempelajari mikrobiologi dengan satu kultur murni saja.
1.2    Permasalahan
  Permasalahan yang akan dibahas dalamp raktikum ini adalah bagaimana mempelajari teknik inokulasi biakan mikroorganisme pada medium steril. 
1.3    Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik inokulasi biakan mikroorganisme pada medium steril

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pemindahan biakan
Identifikasi biakan mikroorganisme seringkali memerlukan pemindahan ke biakan segar tanpa terjadi pencemaran. Pemindahan mikroorganisme ini dilakukan dengan teknik aseptik untuk mempertahankan kemurnian biakan selama pemindahan berulangkali. Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dalam biakan cair atau padat. Kekeruhan dalam  kaldu menunjukkan terjadinya pertumbuhan mikroorganisme. Bila mikroorganisme menumpuk pada dasar tabung maka akan membentuk sedimen, sedangkan pada permukaan kaldu pertumbuhannya terlihat sebagai pelikel. (Lay, 1998)
            Pertumbuhan mikroorganisme dalam kaldu seringkali menggambarkan aktivitas metabolismenya. Mikroba aerob obligat berkembang biak pada lapisan permukaan karena pada bagian ini kandungan oksigen tinggi. Selain dalam media cair, mikroorganisme juga memperlihatkan pertumbuhan dengan ciri tertentu dalam biakan padat seperti agar miring atau lempengan agar. Agar miring lazimnya digunakan untuk menyimpan biakan murni sedangkan agar lempengan lazimnya digunakan untuk memurnikan mikroorganisme. (Lay, 1998)
2.2 Inokulasi
Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat  tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1998).
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanaman bakteri (inokulasi) yaitu :
1. Menyiapkan ruangan
Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan .dalam labotarium pembuataan serum vaksin dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca (encast) udara yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu jalan agar tekena sinar ultraviolet (Pelezar, 1986).

2. Pemindahan dengan dengan pipet
Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk diambil 1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni (Pelezar, 1986).

3. Pemindahan dengan kawat inokulasi
Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel .ujungnya boleh lurus juga boleh berupa kolongan yang diametrnya 1-3mm. Dalam melakukuan penanaman bakteri kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan nyala api saja setelah dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala (Pelezar, 1986).

2.3   Teknik Inokulasi
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan murni mikroorganisme yaitu :
2.3.a  Metode gores
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah Inokulum digoreskan di permukan media agar nutrien dalam cawaan petridish dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni (Winarni, 1997).
Ada beberapa teknik dalam metode goresan, yakni :
  1. Goresan T     
                                                  








  1. Goresan kuadran
Oval:





  1. Goresan Radian







  1. Goresan Sinambung







2.3.b  Metode tebar
Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan petridish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi itu disebarkan dalam medium batang yang sama dapat digunakan dapat menginokulasikan pinggan kedua untuk dapat menjamin penyebaran bakteri yang merata dengan baik .Pada beberapa pinggan akan muncul koloni koloni yang terpisah –pisah (Winarni, 1997).
Oval: …………… ……………………………………………………








2.3.c   Metode tuang
Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya ditemukan satu sel di dalam tabung (Winarni, 1997). 

2.3.d   Metode tusuk
Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan ujung jarum ose yang di dalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukan kedalam media (Winarni, 1997).

Perbedaan inokulasi jamur dan bakteri adalah :
1.      Inokulasi jamur menggunakan jarum ose bentuk batang. Hifa yang berbentuk seperti benang mudah diambil dengan jarum ose batang dan mudah sekali tumbuh di dalam suatu media.
2.      Inokulasi bakteri menggunakan jarum ose bentuk bulat. Pada ujung jarum ose yang berbentuk bulat, bakteri akan dapat terambil dalam jumlah yang relatif banyak (Rohimat, 2002).

2.4  Macam-Macam Media
Ada beberapa macam media yang digunakan untuk inokulasi yaitu :
1.Mixed culture: berisi dua atau lebih spesies mikroorganisme




2. Plate culture: media padat dalam petridish




3. Slant culture : media padat dalam tabung reaksi




4. Stap culture : media padat dalam tabung reaksi, tetapi penanamannya  dengan cara penusukan.




5. Liquid culture : media cair dalam tabung reaksi.
6. Shake culture: media cair dalam tabung reaksi yang penanamannya dikocok.
                                                                                          (Dwijoseputro, 1998).


2.5   Cara menyelidiki Piaraan Murni
            Dalam keadaan sebenarnya ( di alam bebas ) boleh dikatakan tidak ada bakteri yang hidup tersendiri terlepas dari spesies lainnya. Kerapkali bakteri patogen kedapatan bersama-sama bakteri saproba. Untuk menyedirikan suatu spesies ada dikenal beberapa cara, yaitu :
1. Dengan pengenceran
            Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies diencerkan dalam suatu tabungtersendiri. Dari enceran inii kemudian diambil barang 1 ml untuk dincerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 ml untuk disebarkan pada suatu koloni tumbuh dalam medium tersebut, tetapi mungkin juga kita hanya memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini kita memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini kita memperoleh satu koloni murni. Kalau kita belum yakin, bahwa koloni tunggal yang kita peroleh itu murni, kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel (Waluyo, 2005).

2. Dengan Penuangan
            Robert koch ( 1943  - 1905 ) mempunyai metode yang lain, yaitu dengan mengambil sedikit sampel campuran bakteri yang sudah diencerkan, dan sampel ini kemudian disebarluaskan di dalam suatu medium dari kaldu dan gelatin encer. Dengan demikian diperolehnyalah suatu piaraan adukan. Setelah medium itu mengental, maka selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni – koloni yang masing – masing dapat dianggap murni. Denagn mengulang pekerjaan seperti diatas, maka akhirnya akan diperoleh piaraan murni yang lebih terjamin (Waluyo, 2005).

3. Dengan Penggesekan
            Metode ini sekarang banyak digunakan, karena tidak begitu memakan waktu, hanya sayang, dengan cara ini maka bakteri anaerob tidak dapat rumbuh.
            Jika ujung kawat inokulasi dibengkokan, kemudian ujung kawat inokulasi itu setelah disentuhkan suatu koloni lalu digesekkan pada permukaan medium padat,maka beberapa waktu kemudian 9 kurang lebih 12 jam ) akan yampaklah koloni – koloni yang letaknya tersebar di permukaan medium. Jika diadakan pemindahan sampel dari suatu koloni yang letaknya terpencil, maka akan diperoleh suatu piaraan murni (Waluyo, 2005).

4. Dengan mengucilkan Satu sel ( Single Cell Isolation )
            Mikropipet adalah alat yang dapat memungut satu bakteri dari sekian banyak, dengan tiada ikut sertanya bakteri lain. Mikropipet ditempatkan pada tangan – tangan suatu mikromanipulator. Dengan mikropipet dibuat beberapa tetesan bergantung pada suatu kaca penutup. Pekerjaan ini dilakuan dii bawah obyektif mikroskop.  Jika tampak suatu tetesan hanya mengandung satu bakteri, maka dengan lain mikropipet, tetesan tersebut dipindahkan ke medium encer denganmaksud supaya bakteri tersebut berkembang biak dulu. Kemudian dari sini dapat diperoleh piaraan murni. Meode ini sangant memerlukan kesabaran, lagipula,mikromanipulator sangat mahal (Waluyo, 2005).

5. Dengan Inokulasi Hewan
            Metode ini di dasarkan atas suatu kenyataan, bahwa tidak semua bakteri dapat tumbuh di dalam tubuh seekor hewan.Misal kita ambil dahak dari seseorang yang disangka menderita tbc. Jika dahak ini disuntikkan ke dalam tubuh tikus putih, maka bakteri – bakteri saproba yang ikut serta itu tidak akan bertahan, sehingga kemudian kita peroleh semata – mata hasil tbc saja. Piaraan pneumococcus murni dapat diperoleh dengan jalan demikian juga. Bakteri yang ketinggalan dalam tubuh tikus yang sakit atau mati akhirnya dapat dipindahkan ke dlam medium yang sesuai.
            Inokulasi dapat dilakukan di dalam kulit ( intracutaneous ), dapat di bawh kulit ( subcutaneous), dapat di dalam otot ( intramuscular), dapat di rongga tubuh atau lain – lain tempat lagi (Waluyo, 2005).



BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang dipergukan dalam percobaan ini adalah jarum ose, tabung reaksi, lampu
spiritus, penangas air, cawan Petri, dan inkubator.
3.1.2 Bahan
Bahan yang dipergunakan daalm praktikum ini yaitu kapas lemak dan media agar
yanng telah disterilkan.

3.2 Cara kerja

3.2.1 Metode Gores (Streak Plate Method) pada Media Agar Miring
- Ditulis nama spesies mikroorganisme, tanggal serta nama praktikan ditulis pada tabung reaksi.
- Biakan induk dalam tabung reaksi dan media agar miring yang telah disterilkan diletakkan pada telapak tangan kiri.
- Dipanaskan jarum ose pada nyala api lampu spiritus hingga membara.
- Dibuka sumbat kapas pada biakan induk dengan jari manis dan kelingking.
- Disumbat kapas pada biakan induk ditutup.
- Disumbat kapas media agar miring yang akan diinokulasi mikroorganisme dibuka dengan cara yang sama dengan langkah 4. Kemudian ujung jarum ose yang sudah mengandung mikroorganisme digeserkan dengan hati-hati di atas permukaan agar, dimulai dari dasar tabung secara zig-zag menuju ke bagian atas tabung.
- Disumbat kapas ditutup secepatnya pada media yang telah diinokulasi. dipanaskan ujung jarum ose kembali sampai membara untuk memusnahkan mikroorganisme yang masih menempel.
- Disimpan biakan yang baru diinokulasi dalam inkubator. Diamati, digambar dan diberi keterangan pertumbuhan koloni bakteri.Hasil

3.2.2 Metode Gores (Streak Plate Method) pada Media Agar Datar
- Ditulis nama spesies mikroorganisme, tanggal serta nama praktikan pada cawan petri.
- Biakan induk dalam tabung reaksi diletakkan pada telapak tangan kiri.
- Dipanaskan jarum ose pada nyala api lampu spiritus hingga membara.
- Dibuka sumbat kapas pada biakan induk dengan jari manis dan kelingking.
- Disumbat kapas pada biakan induk ditutup.
- Dipanaskan pinggiran cawan petri untuk proses sterilisasi cawan petri
- Dibuka sedikit tutup cawan petri dengan tetap melakukannya di dekat api bunsen.
- Digeserkan ujung jarum ose yang sudah mengandung mikroorganisme dengan hati-hati di atas permukaan agar, dimulai dari atas permukaan secara zig-zag menuju ke bagian bawah (goresan T dan kuadran).
- Ditutup secepatnya pada media cawan petri yang telah diinokulasi. dipanaskan ujung jarum ose kembali sampai membara untuk memusnahkan mikroorganisme yang masih menempel.
- Disimpan biakan yang baru diinokulasi dalam inkubator. Diamati, digambar dan diberi keterangan pertumbuhan koloni bakteri.Hasil

3.2.2BAB III
METODOLOGI

3.1    Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang dipergukan dalam percobaan ini adalah jarum ose, tabung reaksi, lampu spiritus, penangas air, cawan Petri, dan inkubator.
3.1.2 Bahan
Bahan yang dipergunakan daalm praktikum ini yaitu kapas lemak dan media agar yanng telah disterilkan.

3.2 Cara kerja
3.2.1  Metode Gores (Streak Plate Method)
3.2.2.        Metode taburan (Pour Plate Method)













BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. Pembahasan       
            Pada percobaan ini dilakukan inokulasi bakteri Escherichia coli pada medium agar datar dan medium agar miring.
4.2.1. Inokulasi dengan Metode Gores (Medium Agar Datar)
Pada penggunaan metode gores dengan medium agar datar, mula –mula disiapkan media biakan induk dari jenis mikroorganisme bakteri Escherichia coli.
Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenisspesies utama bakteri gram negatifE. coli banyak digunakan dalam teknologirekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vektor untuk menyisipkan gen-gentertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E. coli dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya.
Escherichia coli adalah bakteri yang  hidup dalam saluran usus manusia dan hewan berdarah panas tetapi tidak pada ikan.  Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa 92,9 % Escherichia coli yang mencemari bahan makanan berasal dari tinja manusia. Sehingga keberadaannya pada bahan makanan atau ikan segar menunjukkan adanya ancaman kesehatan pada konsumen (manusia), sebab dapat diartikan bahwa bahan makanan atau ikan telah tercemar oleh  tinja manusia. Oleh karenanya maka, Escherichia coli dipakai sebagai indikator cemaran yang berbahaya bagi manusia (Buckle, dkk. 1990).
Klasifikasi :
Superdomain:Phylogenetica
Filum:
Proteobacteria
Kelas:
GammaProteobacteria
Ordo:
Enterobacteriales
Famili:
Enterobacteriaceae
Genus:
Escherichia
Spesies: E. coli
 (Wikipedia, 2008)
Biakan induk berada di tabung reaksi yang berisi media agar miring berwarna kuning. Pada medium biakan induk, koloni bakteri tampak berwarna putih. Disediakan sebuah cawan petri steril berisi medium agar padat Medium agar datar ini berwarna kekuningan, berfungsi sebagai tempat menggoreskan bakteri dan tempat pertumbuhan koloni bakteri . Selanjutnya dipanaskan jarum ose hingga membara, berfungsi untuk mensterilisasi jarum sebelum digunakan dari mikroorganisme lain. Dibuka sumbat kapas tabung reaksi yang berisi isolat biakan induk, kemudian dipanaskan bibir tabung berfungsi untuk mensterilisasi tabung dan biakan dari mikroorganisme lain .Kemudian dimasukkan jarum ose pada medium biakan induk dimana yang digunakan adalah jarum ose bentuk bulat, pengambilan inokulum dengan menggoreskan ujung bulat pada jarum ke media biakan induk,  memungkinkan bakteri

 dapat terambil banyak.  Dipanaskan mulut tabung reaksi yang berisi isolat biakan induk, kemudian segera ditutup dengan sumbat kapas berfungsi untuk mensterilisasi tabung dan biakan dari mikroorganisme udara lain Setiap perlakuan di usahakan dilakuan secara aseptis (di dekat api bunsen) berfungsi agar saat inokulasi, bahan serta alat gelas yang digunakan tetap steril. Pekerjaan saat inokulasi terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alat – alat yang digunakan dengan medium dan pekerjaaan inokulasi itu benar – benar steril. Hal ini untuk menghindari kontaminasi yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan.
Selanjutnya digoreskan inokulum di permukaan media agar di dalam cawan petri yang telah disediakan  dengan menggunakan metode gores mulai dari sisi samping secara merata. Media agar untuk bakteri digunakan media NA (Nutrien Agar), fungsi penggunaan medium NA karena komposisinya yang terdiri dari ekstrak daging sapi di dalamnya yang  mengandung protein, karbohidrat, vitamin, dan sedikit lemak, juga terdapat adanya faktor pertumbuhan yang tidak mampu disintesis mikroorganisme. Ditutup cawan petri, dipanas di sekeliling cawan petri dan diisolasi  dengan selotip bening  berfungsi untuk mensterilisasi cawan petri dan biakan dari mikroorganisme lain Disimpan inokulum ke dalam inkubator dengan posisi terbalik, diamati dan difoto bentuk koloni yang terbentuk setelah diinkubasi selama 2x 24 jam dan 4 x 24 jam. Posisi cawan petri terbalik agar konsentrasi air yang terdapat dalam  menjadi tinggi, sebab selama inkubasi terbentuk air yang mengembun di dalam cawan petri. Air akan menetes dari tutup cawan ke permukaan. Hal ini akan menghasilkan suatu masa pertumbuhan yang menganak sungai dan menghancurkan pembentukan koloni secara individu. Untuk menghindari hal ini, maka ketika diinkubasi, bagian bawah cawan petri diletakkan di atas atau terbalik .
Oval:                    Goresan Kuadran
Goresan T
Penggoresan inokulum pada media agar dilakukan untuk dua sampel. Sampel pertama menggunakan goresan kuadran dan sampel ke 2 goresan T.
                                         
Dari hasil pengamatan 2 x 24 jam dapat dilihat tidak terbentuknya koloni bakteri dengan tidak adanya goresan putih meyebar zig-zag pada permukaan medium NA, dengan kata lain bakteri belum tumbuh pada jangka waktu ini.
Setelah diinkubasi selama 4x 24 jam koloni Escherichia coli masih juga belum terbentuk, belum terlihat adanya streak putih zig-zag menyebar.
Berikut gambar perbandingan antara koloni bakteri  Escherichia coli yang terbentuk dari sumber referensi dibandingkan dengan hasil pengamatan :
                            
       -Terbentuk koloni (Anonim, 2008)  -Hasil pengamatan 96 jam (tidak terbentuk koloni)
          Dari hasil pengamatan, pada kedua perlakuan dengan waktu yang berbeda, tidak ditemukan koloni yang terbentuk. Tidak terbentuk koloni  bakteri bisa disebabkan adanya bahan kontaminan yang masuk saat inokulasi,  penggunaan jarum ose belum benar – benar steril / belum tersterilisasi secara keseluruhan,pada saat inokulasi, jarum ose yang digoreskan tidak ditusukkan pula pada medium agar datar sehingga pertumbuhan bakteri tersebut terhambat dsb.
            Metode gores yang dilakukan pada percobaan ini dengan menggunakan cawan petri.Cawan petri ini berfungsi berfungsi sebagai tempat madium agar datar untuk penanaman mikroorganisme dan tempat isolasi. Keuntungan penggunaan cawan petri adalah untuk memperoleh biakan dengan jumlah yang banyak
   Medium yang digunakan adalah Nutrient Agar yang sebelumnya dipanaskan agar bisa membentuk medium agar lalu didinginkan dalam tabung reaksi hingga memadat dan berwarna kuning muda sehinnga membentuk agar tegak. Medium agar tegak adalah medium yang dibuat dalam tabung reaksi yang diletakkan tegak  pada waktu pendinginan.
Keuntungan :
           Luas permukaan tinggi dan digunakan untuk identifikasi
Kerugian :
           Hanya memuat sedikit mikroorganisme

4.2.2. Inokulasi dengan Metode Gores (Medium Agar Miring)
Untuk penggunaan metode gores dengan medium agar miring, mula – mula disiapkan media biakan induk dari jenis mikroorganisme Bakter Escherichia coli.Masing – masing biakan induk berada di tabung reaksi yang berisi media agar miring yang berwarna kuning. Pada medium biakan induk, koloni jamur  induk tampak koloni berupa hifa jamur (miselium) seperti benang – benang halus dan berwarna merah. Disediakan tiga buah tabung reaksi steril berisi medium agar padat. Medium agar miring berwarna  kekuningan berfungsi sebagai tempat menggoreskan jamur dan tempat pertumbuhan koloni jamur. Di panaskan jarum ose hingga membara berfungsi untuk mensterilisasi jarum sebelum digunakan dari mikroorganisme lain. Dibuka sumbat kapas tabung reaksi yang berisi isolat biakan induk, kemudian dipanaskan bibir tabung berfungsi untuk mensterilisasi tabung dan biakan dari mikroorganisme lain dimasukkan jarum ose pada medium biakan induk jarum ose bentuk bulat untuk inokulasi bakteri pengambilan inokulum dengan menggoreskan ujung bulat jarum ke media biakan induk,  memungkinkan bakteri dapat  terambil banyak.  Dipanaskan mulut tabung reaksi yang berisi isolat biakan induk, kemudian segera ditutup dengan sumbat kapas berfungsi untuk mensterilisasi tabung dan biakan dari mikroorganisme lain. Sumbat kapas lemak bertujuan agar keadaan mikroorganisme di dalam tabung reaksi tetap steril, apabila ada kontaminan yang akan masuk, maka dapat terserap dengan sumbat kapas tanpa dapat mempengaruhi mikroorganisme yang akan dibiakkan.
            Setiap perlakuan diusahakan dilakuan secara aseptis (di dekat api bunsen)  berfungsi agar saat inokulasi, bahan serta alat gelas yang digunakan tetap steril. Digoreskan inokulum di permukaan media agar di dalam tabung reksi yang telah disediakan menggunakan metode gores mulai dari sisi samping arah zig – zag. Digunakan arah zig – zag agar memungkinkan koloni yang terbentuk tersebar merata dan tampak jelas serta tidak bertumpuk dari koloni yang akan terbentuk. Dipanas di sekeliling mulut tabung  dan segera ditutup dengan sumbat kapas  berfungsi untuk mensterilisasi tabung reaksi dan biakan dari mikroorganisme lain. Disimpan inokulum ke dalam inkubator agar medium dapat tumbuh pada wadah yang steril dengan menyeting suhu 370C sebagai suhu optimun bakteri untuk tumbuh, kemudian diamati dan difoto bentuk koloni yang terbentuk setelah diinkubasi selama 2x 24 jam dan 4 x 24 jam.  Berikut gambar perbandingan antara koloni bakteri  Escherichia coli yang terbentuk dari sumber lain dengan hasil pengamatan 
                                
-Terbentuk koloni (Anonim, 2008)                -Hasil pengamatan 96 jam (terbentuk koloni)
            Dari hasil pengamatan dapat dilihat mulai terbentuknya dua koloni bakteri dan terdapat goresan yang nampak samar. Pada suatu percobaan pada umumnya bentuk koloni yang terbentuk di medium agar miring adalah berwarna putih (dilihat dari tiga sampel yang diamati).
            Medium yang digunakan adalah larutan Nutrient Agar yang sebelumnya dipanaskan agar bisa membentuk medium miring yang didinginkan hingga memadat dengan memiringkan tabung reaksi sehinnga membentuk agar miring dan berwarna kuning muda. Medium agar miring adalah medium yang dibuat dalam tabung reaksi yang diletakkan miring pada waktu pendinginan.
Keuntungan :
1.    Kontaminasi rendah
2.    Memperluas bidang dan digunakan untuk strain murni (indukan murni)

Kerugian :
1.Hanya memuat sedikit mikroorganisme
Media agar untuk bakteri digunakan media NA (Nutrien Agar) karena komposisinya yang terdiri dari ekstrak daging sapi di dalamnya yang mengandung protein, karbohidrat, vitamin, dan sedikit lemak, juga terdapat adanya faktor pertumbuhan yang tidak mampu disintesis mikroorganisme. Medium NA berfungsi untuk membiakkan berbagai macam mikroorganisme serta kultur bakteri. Medium NA dibuat atau disediakan untuk medium bagi bakteri.Sedangkan  medium NA yang instant merupakan media non sintetik karena menggunakan bahan yang terdapat di alam biasanya tidak diketahui kandungannya secara rinci. Struktur protein besar dan relatif insolubel yang mana hanya sebagian kecil bakteri saja yang dapat langsung menggunakannnya, tetapi enzim yang disebut pepton dapat mengurai protein menjadi rantai yang lebih kecil yang disebut pepton. Bagian kecil dan solubel ini dapat dicerna oleh sebagian besar bakteri.  Medium ini memiliki komposisi kimia tertentu antara lain OXOID CMD003 Nutrient Agar, typcal formula (g/l) yaitu :Lab-lemco powder  1.0, Yeast extract 2.0   (yang berfungsi sebagai fermentor), Pepton  5.0   (sebagai sumber protein), Sodium Chlorida 5.0  (sebagai sumber unsure S dan sumber garam mineral), Agar 15.0  (sebagai pemadat), Akuades             1000 ml, Ekstrak daging sapi            : 3 gr, NaCl : 8 gr.
Pada praktikum ini kita mempelajari bagaimana melakukan teknik inokulasi biakan mikroorganisme pada medium steril. Sehingga setelah melakukan serangkaian acara paraktiukum ini dapat didefinisikan teknik inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium lama ke medium baru dengan tingkat ketelitian sangat tinggi dan dituntut sekali bekerja secara aseptis yaitu bebas dari pengaruh kontaminan mikroorganisme pengganggu yang lain. Teknik aseptik dilakukan dengan penyediaan alat-alat kerja yang steril dan bekerja di dekat api bunsen agar terhindar dari kontaminan udara.
Pada waktu inokulasi, jarum yang digunakan untuk memindahkan mikroba harus dipijarkan di atas api segera sebelum dan sesudah melakukan pemindahan.Pemanasan ini menhancurkan semua bentuk kahidupan yang ada pada permukaan jarum atau alat pemindahan. Setelah diinokulasi, biakan bakteri disimpan atau diinkubasi  dalam lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan. Kumpulan dari sel-sel anakan akan tampak dengan mata telanjang sebagai suatu kekeruhan dalam media cair atau populasi yang terpisah yang disebut koloni pada media padat.
Pada jurnal imiah analisa bakteri kloriform jenis E.coli pada air minum dilakukan tes pelengkap menggunakan metode medium agar miring NA dengan jarum inokulasi secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya positif terbentuk asam dan gas pada kaldu laktosa, maka sampel positif mengandung bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakter Escherichia coli menunjukkan Gram negatif berbentuk batang pendek. Untuk membedakan bakteri golongan koli dari bakteri golongan coli fekal (berasal dari tinja hewan berdarah panas), pekerjaan dibuat Duplo, dimana satu seri diinkubasi pada suhu 370C (untuk golongan koli ) dan satu seri diinkubasi pada suhu 420C (untuk golongan koli fekal). Bakteri golongan koli tidak dapat tumbuh dengan baik pada suhu 420C, sedangkan golongan koli fekal dapat tumbuh dengan baik pada suhu 420C (Widiyanti et al, 2004).



BAB V
KESIMPULAN

            Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa teknik inokulasi merupakan teknik pemindahan bakteri ke dalam media dengan perlakuan khusus untuk mempertahankan kemurnian biakan bakteri. Teknik inokulasi dapat dilakukan dengan metode gores pada agar datar (streak plate method) dan metode gores pada agar miring (pour plate method). Proses inokulasi harus benar-benar aseptik atau steril supaya tidak terjadi kontaminasi oleh mikroorganisme lain. Pada hasil pengamatan metode gores agar miring terlihat adanya garis zig-zag putih menyebar yang menandakan koloni bakteri E.coli biakan tumbuh. Sedangkan pada metode gores agar datar tidak ditemukan garis zig-zag putih yang menandakan belum tumbuhnya koloni bakteriE.coli dan hal ini dapat dikarenakan oleh beberapa faktor penentu.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. www.google.com.images diakses pada tanggal 10 Nopember 2008 pukul 13.40 WIB
Buckle,K.A., J.A. Davey, M.J. Eyles, A.D. Hocking, K.G. Newton, and E.J. Stuttard. 1989. Foodborne Microorganisms of Public Health Significance. 4ed..  AIFST (NSW Branch).Australia.
Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Malang.
Pelezar, M.1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi I. Erlangga : Jakarta.
Rohimat, I. 2002. Teknik Inokulasi Mycorrhizae arbuscular pada Bibit JambuMente. Buletin Teknik Pertanian Vol.7 Nomor 2. Hal : 80-83.
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. MM Press: Malang.
Winarni, D. 1997. Diktat Teknik Fermentasi. Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS : Surabaya.
Widiyanti, Ni Luh Putu Manik, Ni Putu Ristianti. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depo Air Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali.Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3 No 1, April 2004 : 64 - 73
www.wikipedia.com diakses pada tanggal 10 Nopember 2008 pukul 13.40 WIB