LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM ILMU
TEKNOLOGI
PRODUKSI TERNAK POTONG
Tentang
Handling ternak dan Pengukuran ternak
DISUSUN OLEH:
YUDI EFFRIANSYAH
05101004006
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Handling (
penanganan ) terhadap ternak merupakan suatu aspek yang harus di kuasai oleh
seorang peternak. Handling berperan dalam pemeriksaan dan perawatan ternak,
misalnya pada saat akan melakukan pengukuran, pemberian tanda, penalian/
penjatuhan ternak yang akan di potong .
Dalam proses Penanganan
(handling) pada ternak sapi harus dikerjakan dengan terampil. Dalam hal ini,
dukungan pengetahuan yang berkaitan erat dengan cara penanganan, misalnya cara
menggunakan tali atau tambang, cara mengikat, serta cara menggunakan alat –
alat, perlu dipahami terlebih dahulu. Hal ini penting sebab pananganan ternak
sangat jauh berbeda dengan penanganan ternak unggas ataupun ternak domba.
Ternak sapi adalah ternak besar, memiliki tenaga yang lebih kuat daripada
manusia, memiliki tanduk yang berbahaya bagi keselamatan orang yang akan
menangani, mempunyai sifat suka menendang, serta memiliki tubuh yang berlipat
ganda beratnya dibadingkan dengan peternaknya sendiri.
Kita bisa lihat
kasus-kasus mengenai perlakuan - perlakuan yang tidak baik terhadap ternak.
Untuk memudahkan proses pelaksanaan hal-hak tersebut, kita harus memahami dan
mengerti seluk beluk dari ternak kita dan mengetahui cara - cara yang baik dan
aman untuk melakukan kegiatan tersebut. Di mana penanganan(handling) ternak
harus memiliki sikap yang tegas dan memiliki keberanian untuk melakukannya.
Contoh yang nyata dalam pengaplikasian kebenaran adalah jika kita sedang dalam
keadaan menangani ternak yang sedang melahirkan dan menemui kendala dalam
proses kelahirannya, yakni bayi ternak tersebut mengalami masalah, yakni sungsang
atau bayi lahir terbalik.
1.2.
Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui
dan mempraktekan cara - cara menghandling ternak yang umum diaplikasikan di
masyarakat, contohnya mengenai bagaimana cara menjatuhkan dan mengekang ternak
yang baik, cara mengukur parameter bagian-bagian tubuh ternak, mengetahui dasar
cara tali-menali yang benar dan tepat, dan kegiatan-kegiatan lain yang
manfaatnya sangat besar dalam menangani ternak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penanganan (Handling) pada Sapi
Penanganan
(handling) pada ternak sapi harus dikerjakan dengan terampil. Dalam hal ini,
dukungan pengetahuan yang berkaitan erat dengan cara penanganan, misalnya cara
menggunakan tali atau tambang, cara mengikat, serta cara menggunakan alat –
alat, perlu dipahami terlebih dahulu. Hal ini penting sebab pananganan ternak
sangat jauh berbeda dengan penanganan ternak unggas ataupun ternak domba.
Ternak sapi adalah ternak besar, memiliki tenaga yang lebih kuat daripada
manusia, memiliki tanduk yang berbahaya bagi keselamatan orang yang akan
menangani, mempunyai sifat suka menendang, serta memiliki tubuh yang berlipat
ganda beratnya dibadingkan dengan peternaknya sendiri.
Cara
Mengalihkan Perhatian Ternak Sapi
Penanganan
yang baik untuk mengalihkan ternak sapi adalah dengan cara menarik pangkal ekor
sapi dipegang dengan erat oleh kedua telapak tangan dan agak diangkat. Untuk
menghindari tendangan, orang yang memegang ekor sapi harus berdiri di sebelah
pinggir belakang ( di sebelah belakang agak ke samping) ternak tersebut.
Tindakan ini biasanya dilakukan apabila sapi akan disuntik atau divaksinasi,
atau juga untuk memaksa sapi agar mau memasuki lorong tata laksana dan untuk
mencegah agar sapi tidak mundur kembali.
Cara
Menunutun Ternak Sapi
1. Cara
menunutun sapi dewasa yang jinak
Ternak sapi
yang jinak dapat dituntun tanpa menggunakan tali – temali, yaitu dengan cara
menarik hidungnya ke atas. Tangan kanan mencengkram sekat hidung (septum
nasal) sapi. Caranya, ibu jari dimasukkan ke lubang hidung sapi
sebelah
kanan, sedangkan telunjuk dimasukkan ke lubang hidung sapi sebelah kiri. Tangan
kiri memegang tanduk atau telinga sapi tersebut dengan erat.
2. Cara menunutun
sapi muda yang jinak
Cara
menunutun sapi yang lebih muda dan juga jinak (pedet atau heifer muda)
cukup mudah. Tangan kanan mencengkram dagu (bagian bawah mulut) sapi, sedangkan
tangan kiri memegang erat tanduk atau telinga sapi
3. Cara
menunntun sapi dewasa yang agak ganas
Cara
menuntun ternak sapi yang telah dewasa dan agak ganas memerlukan penanganan
dengan bantuan tali atau tambang yang ditusukkan atau di tendok melalui sekat
hidungnya. Penusukkan sekat hidung sapi dewasa umumnya dilakukan dengan
menggunakan tang penusuk hidung ( nose punch) yang telah
diolesi antiseptik terlebih dahulu untuk menghindari infeksi. Setelah sekat
hidung sapi berlubang, dipasang cincin bertali untuk menuntun ternak sapi
tersebut.
Ketika tali
ditarik, sapi akan merasa kesakitan sehingga sapi kan mengikuti denagan patuh
kemana saja sapi tersebut dituntun. Lama – kelamaan setelah terbiasa, apabila
tali pengikat hidungnya dipegang (meskipun tanpa ditarik terlebih dahulu)
d\sapi akan segera bergerak mengikuti si penunutun.
Cara lain
untuk penarikan hidung ternak sapi adalah dengan menggunakan penarik hidung (nose
lead). Sekat hidung sapi tidak perlu ditusuk. Alat penarik hidung ini cukup
dipasangkan. Kunci yang ketat pada alat ini akan menekan hidung sapi sehingga
sapi dapat ditarik. Alat ini digunakan untuk menarik sapi agar terdongak ke
atas, misalnnya pada saat sapi akan disuntik atau intravena atau
diperiksa atau dipotong kukunya.
4. Cara
menuntun sapi dengan bantuan tali
Cara
selanjutnya untuk menuntun ternak sapi tanpa menggunakan alat penarik hidung
atau di tendok yaitu hanya dengan menggunakan tali. Penanganan atau penuntunan
dengan cara ini bersifat sementara saja, dilakukan hanya pada saat dipelukan
dengan pengikatan pertama melalui leher sapi.
Pengikatan
leher perlu dipelajari dan diperhatikan dengan seksama. Pengikatan ujung tali
sebaiknya tidak mudah lepas atau tidak membahayakan sapi yang diikat.
Pengikatan ujung tali yang tidak benar akan mengakibatkan leher sapi tercekik.
Pengikatan
leher harus longgar, ujungnya harus terikat ketat tetapi harus mudah dilepaskan
kembali. Setelah leher sapi diikat, tali diputar untuk mengikat bangus (bagian
mulut dan hidung). Sapi dengan erat. Tali diputarkan dan diikatkan tepat di
atas hidung sapi, kemudian dilingkarkan ke bagian dagu. Dengan demikian,
apabila sapi dituntun atau ditarik, tali tersebut akan mengikat dengan erat.
BAB III
WAKTU
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan
Tempat
Pada
Praktikum
ilmu teknologi produksi ternak potong ini tentang handling dan pengukuran di lakukan pada hari kamis pukul 01.00 WIB di tempat ke diaman pak tutur yang berada di komplek pascasarjana indralaya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum kali ini antara lain adalah tali tambang yang akan di gunakan untuk menjatuhkan sapi, alat pengukur ( meteran ) yang di gunakan untuk mengukur bagian- bagian tubuh sapi, tongkat untuk mengukur tinggi badan sapi , dan kami
mengunakan sapi
bali sebagai bahan yg akan di uji.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum praktikum tentang pengukuran kami terlebih dahulu
melakukan praktikum tentang handling ( penanganan ) ternak , Untuk praktikum handling, terlebih dahulu kami melakukan pengambilan sapi dari kandang dan di keluar kan ke tempat lapangan yang
akan dijadikan sebagai percobaan. Pada praktikum ini Kami
mengambil sapi bali jantan yang berwarna coklat kemerahan yang akan di jadikan pecobaan . mula mula kami belajar cara memasang tali yang benar pada sapi sebelum
kami mencobanya langsung . setelah tahu bagaimana cara memasang tali tersebut barulah kami mencobanya pada sapi
tersebut untuk merubuhkan nya. Kami melakukannya pada
sapi dengan beberapa cara yang hasilnya kami bisa memasang nya dan langsung merubuhkan ternak dengan aman tanpa mencederai ternak tersebut.
Setelah praktikum penanganan ( handling ) dan menjaatuhkan ternak. Selanjutnya kami mencoba melakukan pengkatan sapi pada tiang atau pohon . Kami
menggunakan beberapa metode simpul . simpul adalah pelilitan dari satu atau dua ujung tali,
dengan banyak tekanan dari badan tali yang mencengah ujung tali lepas. simpul yang
akan kami lakukan yakni menggunakan cara simpul mati dan simpul
ganda. Simpul yang paling sederhana adalah simpul mati. Sebelum itu
Kami mencoba beberapa cara menali yang baik dan juga benar. Setelah itu barulah kami aplikasikan langsung di lapangan,
kami dapat mengetahui bahwa teknik cara mengikat sapi tidaklah semudah apa yang dibayangkan sebelumnya. Butuh kesabaran dan juga teknik yang cukup untuk berani melakukannya. Jika melakukannya ragu-ragu, maka sapi tersebut tidak akan bisa terikat dengan kencang dan hasilnya nanti sapi tersebut mudah terlepas , setelah selesai melakukan praktikum tali menali, barulah kami melakukan pengukuran pada sapi bali yang
akan di ukur adalah panjang badan, lingkar dada , tinggi badan, dalam badan,
dan tinngi hifs. Dan kami mendapat kan hasil yang
telah kami jelaskan pada
table di bawah ini.
Dari hasil pengukuran pada sapi bali jantan yang berwarna coklat kemerahan pada kelompok 3 ( tiga ) kami mendapat kan hasil sebagai berikut :
PANJANG BADAN
|
111
CM
|
LINGKAR DADA
|
153 CM
|
TINGGI BADAN
|
116 CM
|
DALAM DADA
|
65 CM
|
TINGGI HIPS
|
122 CM
|
Daftar pustaka
Afriantodanliviandi,
1990.Beberapa metode dalampenggemukan sapi potong.
Penerbitkanisius,Yogyakarta.
Kordi.H.M.Z. danyunus S,1999. Parameter kualitas kandang yang baik dan penngaruhnya bagi ternak.penerbitkaryaanda, Surabaya.
Mas, I.K.G. 1989. Hubungan antar lingkar dada,tinggi pundak ,
panjang badan, berat badan. Kanisius . yogyakarta.
Santosa
,u . 1995. Tata laksana pemeliharaan
ternak sapi. Swadaya. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar