Sabtu, 02 Juni 2012

MAKALAH FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK


KARYA ILMIAH
INSEMINASI BUATAN ( IB ) TERHADAP FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK



Disusun Oleh :
Yudi  Effriansyah
(05101004006)




JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2012






PENDAHULUAN

1.     Latar Belakang
Teknologi Inseminasi Buatan (IB) merupakan teknologi yang sudah lama dikenal, namun masih relevan untuk digunakan sekarang ini. Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk  memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah   diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam  saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut 'insemination gun'.

Teknologi Inseminasi Buatan (IB) telah sejak dahulu berkembang di masyarakat peternak,terutama sapi perah, karena teknologi tersebut telah mampu memperbaiki mutu genetik ternak sapi perah. Dalam hal pelaksanaan program 1B, maka beberapa faktor sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program tersebut. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh adalah faktor betina, faktor semen beku dan faktor sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini inseminator. Induk betina akan merespon program 113 apabila saat dilakukan IB kondisi induk sedang dalam keadaan estrus (berahi), untuk betina dara sudah dalam usia dewasa kelamin, serta memang si induk tersebut tidak mempunyai catatan penyakit terutama penyakit reproduksi .Inseminasi Buatan didefinisikan sebagai proses memasukkan semen ke dalam organ reproduksi betina dengan menggunakan alat inseminasi . Prosesnya secara luas mencakup penampungan semen, pengenceran dan pengawetan semen sampai pada deposisi semen ke dalam saluran reproduksi betina (Ax et al.,, 2000) . Selanjutnya dikemukakan bahwa bila dibandingkan dengan perkawinan secara alami, IB memiliki banyak keuntungan walaupun ada kelemahannya. Keuntungannya adalah 113 dapat mempercepat penyebaran dan peningkatan mutu genetik ternak . Melalui penggunaan bioteknologi IB, efisiensi penggunaan pejantan unggul yang terbatas jumlahnya dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan semen secara optimal . Perkawinan yang dilakukan dengan menggunakan teknologi IB, memungkinkan seekor pejantan untuk mengawini lebih banyak betina daripada perkawinan alami yang dapat dilakukannya. Selain itu, melalui teknologi IB potensi genetik seekor pejantan unggul dapat tersebar luas, tidak hanya pada daerah tempat pejantan itu berada tetapi juga pada daerah lainnya yang terpisah oleh jarak dan waktu .

Inseminasi Buatan diperkenalkan pertama kali di Indonesia oleh Prof. B . Seit dari Denmark di FKH dan Lembaga Penelitian Peternakan Bogor . Saat itu, Fakultas Kedokteran Hewan dan Lembaga Penelitian Peternakan berfungsi sebagai pusat inseminasi buatan yang melayani ' peternak di Bogor dan sekitarnya . Pelaksanaan Inseminasi buatan di Jawa Tengah mulai dilaksanakan pada tahun 1953 oleh dua Bali Pembenihan Ternak yaitu di Mirit dan Sidomulyo. Kegiatan IB di Mirit bertujuan untuk intensifikasi Ongolisasi dengan menggunakan pejantan Sumba Ongole (S.O), sedangkan di Ungaran bertujuan untuk peningkatan produksi susu yang menggunakan pejantan Frisian Holstein (F.H)(Toelihere, 1985). Pertama kali semen beku masuk ke Indonesia pada tahun 1973 dan telah digunakan dalam inseminsai pada sapi perah maupun sapi potong di Indonesia . Hasil Survey EvaluasiKegiatan IB pada sapi Jawa 1972 - 1974, yang telah dilaksanakan pada permulaan tahun 1974 dalam rangka kerjasama antara Direktorat Jendral Peternakan IPB, Bogor dan Fakultas Peternakan Unpad, Bandung, menunjukkan persentase konsepsi semen beku eks impor yang dicapai selama dua tahun masih sangat rendah yaitu 21,30 sampai 38,92 prosen. Beberapa penyebab ketidaksuburan sapi-sapi betina di Indonesia diduga sebagai akibat dari kurangnya patologik saluran kelamin betina dan merajalelanya penyakit kelamin, sehingga diperlukan penyempurnaan organisasi IB, perbaikan sarana, intensif dan peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan inseminator.

Pelaksanaan kegiatan Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu upayapenerapan teknologi tepat guna yang merupakan pilihan utama untukpeningkatan populasi dan mutu genetik ternak. Melalui kegiatan IB,penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah,mudah dan cepat, serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatanpara peternak.
2.            Tujuan
Yang dimaksud dengan Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (spermatozoa atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination gun‘.
Tujuan Inseminasi Buatan
a) Memperbaiki mutu genetika ternak;
b) Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya ;
c) Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama;
d) Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
e) Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.







TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Hafez (1993) Inseminasi Buatan (IB) adalah proses memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi betina dengan tujuan untuk membuat betina jadi bunting tanpa perlu terjadi perkawinan alami. Konsep dasar dari teknologi ini adalah bahwa seekor pejantan secara alamiah memproduksi puluhan milyar sel kelamin jantan (spermatozoa) per hari, sedangkan untuk membuahi satu sel telur (oosit) pada hewan betina diperlukan hanya satu spermatozoa. Potensi yang dimiliki seekor pejantan sebagai sumber informasi genetik, terutama yang unggul, dapat dimanfaatkan secara efisien untuk membuahi banyak betina.

                        Keberhasilan IB pada ternak ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu kualitas semen beku (straw), keadaan sapi betina sebagai akseptor IB, ketepatan IB, dan keterampilan tenaga pelaksana (inseminator). Faktor ini berhubungan satu dengan yang lain dan bila salah satu nilainya rendah akan menyebabkan hasil IB juga akan rendah, dalam pengertian efisiensi produksi dan reproduksi tidak optimal (Toelihere, 1997).

Menurut Ihsan, (1992 : 51) saat yang baik melakukan IB adalah saat sapi betina menunjukkan tanda-tanda birahi, petani ternak pada umumnya mengetahui tingkah laku ternak yang sedang birahi yang dikenal dengan istilah : 4A, 2B, 1C, 4A, yang dimasud adalah abang, abu, anget, dan arep artinya alat kelamin yang berwarna merah membengkak kalau diraba terasa anget dan mau dinaiki, 2B yang dimaksud adalah bengak-bengok dan berlendir artinya sapi betina sering mengeluh dan pada alat kelaminnya terlihat adanya lendir transparan atau jernih, 1C yang dimaksud adalah cingkrak-cingkrik artinya sapi betina yang birahi akan menaiki atau diam jika dinaiki sapi lain.

Menurut Ihsan (1993), keuntungan IB sangat dikenal dan jauh melampaui kerugian-kerugiannya jika tidak demikian tentu perkembangan IB sudah lama terhenti dan keuntungan yang diperoleh dari IB yaitu :
1. Daya guna seekor pejantan yang genetik unggul dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
2. Terutama bagi peternak-peternak kecil seperti umumnya ditemukan di Indonesia program IB sangat menghemat biaya di samping dapat menghindari bahaya dan juga menghemat tenaga pemeliharaan pejantan yang belum tentu merupakan pejantan terbaik untuk diternakkan.
3. Pejantan-pejatan yang dipakai dalam IB telah diseleksi secara teliti dan ilmiah dari hasil perkawinan betina-betina unggul dengan pejantan unggul pula.
4. Dapat mencegah penyakit menular
5. Calving Interval dapat diperpendek dan terjadi penurunan jumlah betina yang kawin berulang.

Menurut Bandini (2004), Inseminasi Buatan adalah pemasukan atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat-alat buatan manusia, jadi bukan secara alam.
Dalam praktek prosedur IB tidak hanya meliputi deposisi atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina, tetapi juga tak lain mencakup seleksi dan pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengangkutan semen, Inseminasi, pencatatan dan juga penentuan hasil inseminasi pada hewan betina, bimbingan dan penyuluhan pada ternak.








PEMBAHASAN

Pada saat ini terdapat dua metode perkawinan yaitu : kawin alam dan kawin suntik atau inseminasi buatan (IB). IB telah diterima dan diterapkan pada sapi terutama di Negara-negara maju. Demikian pula di indonesiasudah menjadi program nasional yang strategis dengan menggunakan manic air yang dibekukan. Namun demikian penerapan teknologi ini masih bermasalah yakni pengetahuan tentang siklus reproduksi secara benar baik oleh peternak maupun petugas inseminator. Yang dimaksud dengan siklus reproduksi  ialah rangkaian semua kejadian biologic kelamin yang belangsung secara sambung menyambung hingga terlahir generasi baru. Proses biologi tersebut meliputi :

1. Pubertas.
Suatu proses reproduksi akan berlangsung secara periodik dan terus menerus, dimulai sejak tenak mengalami pubertas atau dewasa kelamin. Pada saat itu ternak sudah dapat menghasilkan keturunan, karena pada saat itu organ reproduksinya telah mampu memproduksi gamet-gamet yang masak. Jadi pubertas pada ternak adalah suatu periode dalam kehidupan makhluk jantan atau betina dimana proses proses reproduksi mulai terjadi. Pada saat inilah organ-organ reproduksi mulai berfungsi. Pada ternak, pubertas ditandai dengan adanya keinginan ternak untuk melakukan perkawinan. Umur dewasa kelamin pada setiap jenis ternak tidak sama. Umur dewasa kelamin ini juga tergantung pada keadaan iklim, keadaan makanan, heriditas dan tingkat pelepasan hormon.

2.   Siklus birahi
Proestrus ( Tahap ini dapat terlihat, karena ditandai dengan sapi terlihat gelisah dan kadangkadang sapi betina  tersebut menaiki sapi betina yang lain. Lamanya 3 hari. )

Estrus  ( Pada tahap ini sapi betina siap untuk dikawinkan (baik secara alam maupun IB). Ovulasi terjadi 15 jam setelah estrus selesai. Lama periode ini pada sapi adalah 12 - 24 jam.)

Metestrus (  Pada Waktu setelah estrus berakhir, folikelnya masak, kemudian  terjadi ovulasi diikuti dengan pertumbuhan / pembentukan corpus  luteum (badan kuning). Lama periode ini 3 - 5 hari )

Diestrus ( DiestrusWaktu setelah metaestrus, corpus luteum meningkat dan  memproduksi hormon progesteron. Periode ini paling lama berlangsungnya  karena berhubungan dengan perkembangan dan pematangan badan kuning,  yaitu 13 hari. Pada saat keadaan dewasa kelamin tercapai, aktivitas dalam indung telur (ovarium) dimulai. Waktu estrus, ovum dibebaskan oleh ovarium. Setelah ovulasi terjadi, bekas tempat ovarium tersebut itu  dipenuhi dengan sel khusus dan membentuk apa yang disebut corpus luteum )

3.   Lama birahi
                    Lama berahi merupakan selang waktu mulai berahi, ditandai dengan munculnya berahi sampai hilang tanda-tanda berahi. Lama berahi setiap jenis ternak berbeda beda. Hal ini tergantung dari beberapa factor seperti umur, musim dan kehadiran pejantan serta bobot badan.

4.   Kebuntingan
Yang dimaksud kebuntingan dipandang dari segi teknis sebenarnya dimulai sejak saat sel kelamin betina bersatu dengan sel kelamin jantan di dalam saluran alat reproduksi paling atas atau ovoduct dan tepatnya dibagian ampula. Frandson (1992) mengatakan bahwa kebuntingan berarti keadaan dimana anak sedang berkembang di dalam uterus hewan betina. Satu periode kebuntingan adalah periode dari mulai terjadinya fertilisasi sampai terjadinya kelahiran normal. Pada ternak sapi fertilisasi terjadi setelah 11 sampai 15 jam dari inseminasi/ perkawinan. Sedangkan untuk manusia, fertilisasi ini akan terjadi 14 sampai 15 hari setelah terakhir menstruasi.n.
5. Kelahiran

Sapi yang layak untuk di IB memenuhi syarat antara lain :
1. Sapi betina yang telah memenuhi umur pubertas.
2. Telah menunjukkan tanda-tanda birahi.
3. Sebaiknya induk memiliki tulang pelvis (pinggul ) yang lebar.
4. Jika kondisi induk sangat kecil gunakan semen sapi bali.
Tanda tanda sapi betina birahi :
Sapi betina yang sedang birahi akan tetap berdiri pada tempatnya jika seekor jantan mendatangi dan menaikinya. Keadaan ini merupakan tanda umum dan seragam untuk semua ternak. Tanda-tanda lain sapi betina yang sedang birahi sebagai berikut :
1. Sapi gelisah dan terlihat sangat tidak tenang.
2. Sapi sering menguak atau melenguh-lenguh.
3. Sapi mencoba menaiki sapi lain dan akan tetap diam bila dinaiki sapi lain.
4. Pangkal ekornya terangkat sedikit dan keluar lendir jernih transparan yang mengalir         melalui vagina dan vulva.
5. Sapi dara sering memperlihatkan perubahan warna pada vulvanya yang membengkak dan           ke merah-merahan.
6. Sapi menjadi diam dan nafsu makannya berkurang. (Bandini, 2004 : 46).
Menurut Ihsan, (1992 : 51) saat yang baik melakukan IB adalah saat sapi betina menunjukkan tanda-tanda birahi, petani ternak pada umumnya mengetahui tingkah laku ternak yang sedang birahi yang dikenal dengan istilah : 4A, 2B, 1C, 4A, yang dimasud adalah abang, abu, anget, dan arep artinya alat kelamin yang berwarna merah membengkak kalau diraba terasa anget dan mau dinaiki, 2B yang dimaksud adalah bengak-bengok dan berlendir artinya sapi betina sering mengeluh dan pada alat kelaminnya terlihat adanya lendir transparan atau jernih, 1C yang dimaksud adalah cingkrak-cingkrik artinya sapi betina yang birahi akan menaiki atau diam jika dinaiki sapi lain.
         Keuntungan inseminasi buatan (IB) yaitu untuk menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan, dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik. mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina, dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama, semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati, menghindari kecelakaan yang
sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar, dan menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.

            Kerugian inseminasi buatan (IB) yaitu apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan terjadi kebuntingan, akan terjadi kesulitan kelahiran, apabila semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan breed/ turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil. bisa terjadi kawin sedarah apabila menggunakan semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama, dan dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (Soebadi, 1980).

Untuk mengetahui dampak pelaksanaan IB terhadap peningkatan pendapatan para peternak, perlu diketahui terlebih dahulu jumlah dan komposisi sapi perah yang dipelihara. Dalam usaha pemeliharaan sapi perah, penerimaan yang utama adalah dari penjualan susu. Ada tiga sumber penerimaan dalam usaha pemeliharan sapi perah, yaitu penjualan susu, penjualan sapi-sapi afkir atau sapi-sapi yang tidak diproyeksikan sebagai peremajaan dan dari penjualan kotoran sapi, berupa pupuk kandang. Susu diproduksi oleh sapi-sapi perah yang produktif, yakni sapi-sapi induk yang sedang berproduksi susu atau laktasi. Sapi laktasi yang baik, berproduksi susu selama kira-kira 10 bulan, dan kemudian memasuki masa tidak berproduksi susu atau masa kering selama sekitar 2 bulan (BARRET dan LARKIN, 1974).







Penutup

Kesimpulan
1. Hormon Capriglandin dapat mempercepat siklus birahi.
2. Inseminasi Buatan adalah pemasukan atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat-alat buatan manusia, jadi bukan secara alam.
3. Sebelum melakukan inseminasi, keadaan sapi harus dalam keadaan birahi.
4. Faktor terpenting dalam pelaksanaan inseminasi adalah ketepatan waktu pemasukan semen     
    pada puncak kesuburan ternak betina.
5.      Pengenjeksian semen dilakukan kedalam cicin keempat (cornua).
6.Yang dimaksud dengan siklus reproduksi  ialah rangkaian semua kejadian biologic kelamin yang belangsung secara sambung menyambung hingga terlahir generasi baru. Proses biologi tersebut meliputi : Pubertas., Siklus birahi ( Proestrus, Estrus ,  Metestrus, Diestrus) ,.Lama birahi, Kebuntingan ,  Kelahiran


Saran
1.   Sapi yang telah diinseminasi, sebaiknya tidak dilepas dahulu kedalam kelompok, untuk  mencegah kegagalan inseminasi buatan.
2. Peternak diharapkan mengetahui dengan baik gejala-gejala timbulnya birahi pada sapi, dan segera melaporkan pada inseminator agar tidak terjadi keterlambatan inseminasi buatan.
3. Penyuluhan diharapkan dilakukan kepada masyarakat, agar lebih mengetahui dan lebih paham dengan inseminasi buatan.




DAFTAR  PUSTAKA

Ax, R. L., M. R. Dally, B . A. Didion, R. W. Lenz, C. C. Love, D . D . Varner, B . Hafez, and M. E .Bellin . (2000) . Semen Evaluation. In E. S . E. Hafez and B . Hafez . Reproduction in FarmAnimals. 7hed. Lippincott Williams & Wilkins . Philadelphia, Baltimore, New 'fork, London,Buenos Aires, Hongkong, Sydney, Tokyo

BARRET, M. A. and P. J. LARKIN. 1974. Milk and Beef Productions in the Tropics. Oxford University, Oxford.

Hafez, E.S.E. 1993. Artificial insemination. In: HAFEZ, E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animals. 6 Th Ed. Lea & Febiger, Philadelphia. Hal 424-439.

Partodiharjo, Soebadi. 1987. Pemulia Biakkan Ternak Sapi. PT Gramedia, Jakarta.

Toelihere, M . R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Gramedia

Toelihere MR, 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar