Eceng Gondok
Eichornia crassipes (Mart.) SolmsNama umum
Eichornia crassipes (Mart.) SolmsNama umum
Indonesia:
|
Eceng gondok, kelipuk, kembang bopong, weweyan
|
Jepang:
|
hotei aoi
|
Eceng Gondok
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Alismatidae
Ordo: Alismatales
Famili: Butomaceae
Genus: Eichornia
Spesies: Eichornia crassipes (Mart.) Solms
Deskripsi
Tumbuhan air - mengapung, tumbuh berumpun, tinggi 4 - 8 cm .Akar serabut. Batang tidak ada. Daun tunggal, bertangkai, tersusun berjejal di atas akar (roset akar), warna hijau, panjang 7 - 25 cm, bentuk bulat telur (ovata), ujung meruncing (acuminatus), pangkal meruncing (acuminatus), tepi rata (tidak bergerigi), permukaan mengkilat (nitidus), tangkai menggelembung. Bunga majemuk, bentuk bulir (spica), panjang mahkota 2 - 3 cm, daun mahkota tidak berlekatan (polypetalus). Buah kotak sejati (capsula), beruang tiga, warna hijau, bentuk biji bulat - berwarna hitam. Perbanyaan Generatif (biji).
ECENG GONDOK (Review).
Posted: Juni 16, 2008
by admin in Tak terkategori
Eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart)
Solm) merupakan tumbuhan air yang sangat sulit diberantas. Hal ini disebabkan pertumbuhan
Eceng gondok sangat cepat dan daya tahan hidupnya tinggi. Dari sisi hidrologi,
bahwa Eceng gondok dapat menyebabkan kehilangan air permukaan sampai 4 kali
lipat jika dibandingkan pada permukaan terbuka dan dapat menyebabkan
pendangkalan pada danau, sungai atau daerah berair lainnya. Akibat pertumbuhan
Eceng gondok yang tidak dapat terkendali, akan menyebabkan pendangkalan daerah
air, penutupan pada alur sungai dan danau (OHSAWA dan RISDIYONO,
1977).
Namun dibalik sisi negatif, bahwa Eceng gondok memiliki karakter yang sangat
unik untuk dikaji, hal ini merupakan suatu anugerah Tuhan dengan kata lain “Tidaklah
aku ciptakan sesuatu yang tanpa berguna, kecuali hanya sedikit pengetahuan yang
dimiliki oleh manusia”.
Beberapa
kajian ilmiah bahwa Eceng gondok dapat menetralisir kandungan logam berat yang
ada di dalam air, tempat bernaungnya ikan, tempat bertelurnya ikan dan
lain-lain. Dari segi teknologi bahwa Eceng gondok memiliki kadar serat yang
tinggi. Serat tersebut dapat dimanfaatkan secara komersiil baik secara
tradisional sampai industri yang mutakhir. Eceng gondok sebagai bahan baku
untuk kerajinan rakyat dan sangat diminati oleh para turis asing. Dari kajian
secara industri bahwa Eceng gondok dapat digunakan sebagai bahan baku campuran
industri papan partikel, papan serat, pulp dan kertas. Eceng gondok tumbuh
sangat cepat sekali, bahkan dalam waktu 3-4 bulan mampu menutupi lebih 70%
permukaan danau, pertumbuhan yang sangat cepat dari Eceng gondok inilah
memerlukan penangganan secara serius.
Pemberantasan
secara mekanik, kimia dan biologi dibeberapa negara tidak pernah memberikan
hasil yang optimal. Pengalaman di Thailand, bahwa Eceng gondok saat sekarang
sudah menjadi komodite petani dan dibuat plotplot seperti pencetakan
sawah-sawah di Jawa. Eceng gondok di Thailand menjadi suatu komodite bahan baku
untuk industri kerajinan rakyat. Sudah saatnya Kalimantan Timur, khususnya
Kutai Kartanegara dan Kutai Barat memikirkan pemberdayaan masyarakat sebagai
pelopor industri kerajinan dan industri penyiapan bahan baku. Eceng gondok
merupakan tumbuhan air yang berasal dari Brazil. Tumbuhan ini menyebar ke
seluruh dunia dan tumbuh pada daerah dengan ketinggian tempat berkisar antara
0-1600 m di atas permukaan laut yang beriklim tropis dan sub tropis, kecuali pada
daerah yang beriklim dingin.
Penyebaran
tumbuhan ini dapat melalui kanal, sungai dan rawa serta perairan tawar lain
dengan aliran lambat(Mardjuki dkk, 1997; Ghopal dan Sharma, 1981; Sastroutomo, 1990). Di Indonesia Eceng
gondok pada mulanya diperkenalkan oleh Kebun Raya Bogor pada tahun 1894 yang
akhirnya berkembang di Sungai Ciliwung sebagai tanaman pengganggu (Brij dan Sarman,
1981). Menurut Lawrence (1964) dalam Moenandir (1990), Eceng gondok secara botanis mempunyai
sistematika sebagai berikut :
·
Divisio : Embryophytasi
phonogama
·
Sub Divisio : Spermathopyta
·
Klas : Monocotyledoneae
·
Ordo : Ferinosae
·
Famili : Pontederiaceae
·
Genus : Eichhornia
·
Spesies : Eichhornia
crassipes (Mart) Solm.
Eceng
gondok merupakan herba yang mengapung, kadang-kadang berarak dalam tanah,
menghasilkan tunas merayap yang keluar dari ketiak daun yang dapat tumbuh lagi
menjadi tumbuhan baru dengan tinggi 0,4-0,8 m, tumbuhan ini memiliki bentuk
fisik berupa daun-daun yang tersusun dalam bentuk radikal (roset). Setiap
tangkai pada helaian daun yang dewasa memiliki ukuran pendek dan berkerut.
Helaian daun (lamina) berbentuk bulat telur lebar dengan tulang daun yang
melengkung rapat panjang 7-25 cm, gundul dan warna daun hijau licin mengkilat (Moenandir, 1990). Lebih lanjutMasan (1981) menerangkan, bahwa kerangka bunga
berbentuk bulir, bertangkai panjang,berbunga 10-35, tangkai dengan dua daun
pelindung yang duduknya sangat dekat, yang terbawa dengan helaian kecil dan pelepah
yang berbentuk tabung dan bagian atas juga berbentuk tabung.
Poros
bulir sangat bersegi, tabung tenda bunga 1,5-2 cm panjangnya dengan pangkal
hijau dan ujung pucat. Taju sebanyak 6 masingmasing tidak sama ukurannya, lila
panjang 2-3 cm, taju belakang yang terbesar dengan noda ditengah-tengah
berwarna kuning cerah. Benang sari 6,bengkok, tiga dari benang sari tersebut
lebih besar dari yang lain. Bakal buah beruang tiga dan berisi banyak. Tangkai
daun pada Eceng gondok bersifat mendangkalkan dan membangun spon yang membuat
tumbuhan ini mengambang.
Eceng
gondok berkembang biak dengan stolon (vegetatif) dan juga secara generatif.
Perkembangbiakan secara vegetatif mempunyai peranan penting dalam pembentukan
koloni. Perkembangbiakan tergantung dari kadar O2 yang terlarut dalam air. Moenandir (1990) menyebutkan, bahwa pada konsentrasi
3,5-4,8 ppm perkembangbiakan Eceng gondok dapat berjalan dengan cepat.
Dijelaskan oleh Neis (1993) bahwa
Eceng gondok memiliki akar yang bercabang-cabang halus, permukaan akarnya
digunakan oleh mikroorganisme sebagai tempat pertumbuhan. Muramoto dan Oki dalamSudibyo (1989) menjelaskan, bahwa Eceng gondok dapat
digunakan untuk menghilangkan polutan, karena fungsinya sebagai sistem filtrasi
biologis, menghilangkan nutrien mineral, untuk menghilangkan logam berat
seperti cuprum, aurum, cobalt, strontium, merkuri, timah, kadmium dan nikel.
Little
(1968). Lawrence dalam Moenandir (1990), Haider (1991) serta Sukman dan Yakup (1991),menyebutkan bahwa Eceng gondok banyak menimbulkan masalah
pencemaran sungai dan waduk, tetapi mempunyai manfaat antara lain :
1. Mempunyai sifat
biologis sebagai penyaring air yang tercemar oleh berbagai bahan kimia buangan
industri.
2. Sebagai bahan
penutup tanah (mulch) dan
kompos dalam kegiatan pertanian dan perkebunan.
3. Sebagai sumber gas
yang antara lain berupa gas ammonium sulfat, gas hydrogen, nitrogen dan metan
yang dapat diperoleh dengan cara fermentasi.
4. Bahan baku pupuk
tanaman yang mengandung unsur NPK yang merupakan tiga unsur utama yang dibutuhkan
tanaman.
5. Sebagai bahan
industri kertas dan papan buatan
6. Sebagai bahan baku
karbon aktif.
Joedodibroto
(1983) menyatakan, bahwa dari hasil analisa
dimensi serat batang Eceng gondok diketahui memiliki panjang serat yang
tergolong sedang (1,75-2,12 mm) dengan bentuk yang langsing dan memiliki
diameter serat antara 11,15-11,65 um. Winarno (1993), menyebutkan bahwa hasil analisa kimia dari Eceng
gondok dalam keadaan segar diperoleh bahan organik 36,59%, C organik 21,23%, N
total 0,28%, P total 0,0011% dan K total 0,016%. Lebih lanjutJoejodibroto (1983) mengemukakan hasil analisa komponen kimia Eceng gondok
yang tidak digiling ternyata mengandungkadar abu 12% dan setelah digiling
menjadi 0,65%. Selanjutnya zat ekstraktif juga mengalami penurunan setelah
digiling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar