Senin, 12 November 2012


Eceng Gondok
Eichornia crassipes (Mart.) Solms
Nama umum
Indonesia:
Eceng gondok, kelipuk, kembang bopong, weweyan
Jepang:
hotei aoi
Eichornia crassipes
Eceng Gondok
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
                     Sub Kelas: Alismatidae
                         Ordo: Alismatales
                             Famili: 
Butomaceae
                                 Genus: 
Eichornia
                                     Spesies: Eichornia crassipes (Mart.) Solms

Deskripsi
Tumbuhan air - mengapung, tumbuh berumpun, tinggi 4 - 8 cm .Akar serabut. Batang tidak ada. Daun tunggal, bertangkai, tersusun berjejal di atas akar (roset akar), warna hijau, panjang 7 - 25 cm, bentuk bulat telur (ovata), ujung meruncing (acuminatus), pangkal meruncing (acuminatus), tepi rata (tidak bergerigi), permukaan mengkilat (nitidus), tangkai menggelembung. Bunga majemuk, bentuk bulir (spica), panjang mahkota 2 - 3 cm, daun mahkota tidak berlekatan (polypetalus). Buah kotak sejati (capsula), beruang tiga, warna hijau, bentuk biji bulat - berwarna hitam. Perbanyaan Generatif (biji).




                                                 





ECENG GONDOK (Review).
Posted: Juni 16, 2008 by admin in Tak terkategori

 Eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solm) merupakan tumbuhan air yang sangat sulit diberantas. Hal ini disebabkan pertumbuhan Eceng gondok sangat cepat dan daya tahan hidupnya tinggi. Dari sisi hidrologi, bahwa Eceng gondok dapat menyebabkan kehilangan air permukaan sampai 4 kali lipat jika dibandingkan pada permukaan terbuka dan dapat menyebabkan pendangkalan pada danau, sungai atau daerah berair lainnya. Akibat pertumbuhan Eceng gondok yang tidak dapat terkendali, akan menyebabkan pendangkalan daerah air, penutupan pada alur sungai dan danau (OHSAWA dan RISDIYONO, 1977). Namun dibalik sisi negatif, bahwa Eceng gondok memiliki karakter yang sangat unik untuk dikaji, hal ini merupakan suatu anugerah Tuhan dengan kata lain “Tidaklah aku ciptakan sesuatu yang tanpa berguna, kecuali hanya sedikit pengetahuan yang dimiliki oleh manusia”.
Beberapa kajian ilmiah bahwa Eceng gondok dapat menetralisir kandungan logam berat yang ada di dalam air, tempat bernaungnya ikan, tempat bertelurnya ikan dan lain-lain. Dari segi teknologi bahwa Eceng gondok memiliki kadar serat yang tinggi. Serat tersebut dapat dimanfaatkan secara komersiil baik secara tradisional sampai industri yang mutakhir. Eceng gondok sebagai bahan baku untuk kerajinan rakyat dan sangat diminati oleh para turis asing. Dari kajian secara industri bahwa Eceng gondok dapat digunakan sebagai bahan baku campuran industri papan partikel, papan serat, pulp dan kertas. Eceng gondok tumbuh sangat cepat sekali, bahkan dalam waktu 3-4 bulan mampu menutupi lebih 70% permukaan danau, pertumbuhan yang sangat cepat dari Eceng gondok inilah memerlukan penangganan secara serius.
Pemberantasan secara mekanik, kimia dan biologi dibeberapa negara tidak pernah memberikan hasil yang optimal. Pengalaman di Thailand, bahwa Eceng gondok saat sekarang sudah menjadi komodite petani dan dibuat plotplot seperti pencetakan sawah-sawah di Jawa. Eceng gondok di Thailand menjadi suatu komodite bahan baku untuk industri kerajinan rakyat. Sudah saatnya Kalimantan Timur, khususnya Kutai Kartanegara dan Kutai Barat memikirkan pemberdayaan masyarakat sebagai pelopor industri kerajinan dan industri penyiapan bahan baku. Eceng gondok merupakan tumbuhan air yang berasal dari Brazil. Tumbuhan ini menyebar ke seluruh dunia dan tumbuh pada daerah dengan ketinggian tempat berkisar antara 0-1600 m di atas permukaan laut yang beriklim tropis dan sub tropis, kecuali pada daerah yang beriklim dingin.
Penyebaran tumbuhan ini dapat melalui kanal, sungai dan rawa serta perairan tawar lain dengan aliran lambat(Mardjuki dkk, 1997; Ghopal dan Sharma, 1981; Sastroutomo, 1990). Di Indonesia Eceng gondok pada mulanya diperkenalkan oleh Kebun Raya Bogor pada tahun 1894 yang akhirnya berkembang di Sungai Ciliwung sebagai tanaman pengganggu (Brij dan Sarman, 1981). Menurut Lawrence (1964) dalam Moenandir (1990), Eceng gondok secara botanis mempunyai sistematika sebagai berikut :
·         Divisio : Embryophytasi phonogama
·         Sub Divisio : Spermathopyta
·         Klas : Monocotyledoneae
·         Ordo : Ferinosae
·         Famili : Pontederiaceae
·         Genus : Eichhornia
·         Spesies : Eichhornia crassipes (Mart) Solm.
Eceng gondok merupakan herba yang mengapung, kadang-kadang berarak dalam tanah, menghasilkan tunas merayap yang keluar dari ketiak daun yang dapat tumbuh lagi menjadi tumbuhan baru dengan tinggi 0,4-0,8 m, tumbuhan ini memiliki bentuk fisik berupa daun-daun yang tersusun dalam bentuk radikal (roset). Setiap tangkai pada helaian daun yang dewasa memiliki ukuran pendek dan berkerut. Helaian daun (lamina) berbentuk bulat telur lebar dengan tulang daun yang melengkung rapat panjang 7-25 cm, gundul dan warna daun hijau licin mengkilat (Moenandir, 1990). Lebih lanjutMasan (1981) menerangkan, bahwa kerangka bunga berbentuk bulir, bertangkai panjang,berbunga 10-35, tangkai dengan dua daun pelindung yang duduknya sangat dekat, yang terbawa dengan helaian kecil dan pelepah yang berbentuk tabung dan bagian atas juga berbentuk tabung.
Poros bulir sangat bersegi, tabung tenda bunga 1,5-2 cm panjangnya dengan pangkal hijau dan ujung pucat. Taju sebanyak 6 masingmasing tidak sama ukurannya, lila panjang 2-3 cm, taju belakang yang terbesar dengan noda ditengah-tengah berwarna kuning cerah. Benang sari 6,bengkok, tiga dari benang sari tersebut lebih besar dari yang lain. Bakal buah beruang tiga dan berisi banyak. Tangkai daun pada Eceng gondok bersifat mendangkalkan dan membangun spon yang membuat tumbuhan ini mengambang.
Eceng gondok berkembang biak dengan stolon (vegetatif) dan juga secara generatif. Perkembangbiakan secara vegetatif mempunyai peranan penting dalam pembentukan koloni. Perkembangbiakan tergantung dari kadar O2 yang terlarut dalam air. Moenandir (1990) menyebutkan, bahwa pada konsentrasi 3,5-4,8 ppm perkembangbiakan Eceng gondok dapat berjalan dengan cepat. Dijelaskan oleh Neis (1993) bahwa Eceng gondok memiliki akar yang bercabang-cabang halus, permukaan akarnya digunakan oleh mikroorganisme sebagai tempat pertumbuhan. Muramoto dan Oki dalamSudibyo (1989) menjelaskan, bahwa Eceng gondok dapat digunakan untuk menghilangkan polutan, karena fungsinya sebagai sistem filtrasi biologis, menghilangkan nutrien mineral, untuk menghilangkan logam berat seperti cuprum, aurum, cobalt, strontium, merkuri, timah, kadmium dan nikel.
Little (1968). Lawrence dalam Moenandir (1990), Haider (1991) serta Sukman dan Yakup (1991),menyebutkan bahwa Eceng gondok banyak menimbulkan masalah pencemaran sungai dan waduk, tetapi mempunyai manfaat antara lain :
1. Mempunyai sifat biologis sebagai penyaring air yang tercemar oleh berbagai bahan kimia buangan industri.
2. Sebagai bahan penutup tanah (mulch) dan kompos dalam kegiatan pertanian dan perkebunan.
3. Sebagai sumber gas yang antara lain berupa gas ammonium sulfat, gas hydrogen, nitrogen dan metan yang dapat diperoleh dengan cara fermentasi.
4. Bahan baku pupuk tanaman yang mengandung unsur NPK yang merupakan tiga unsur utama yang dibutuhkan tanaman.
5. Sebagai bahan industri kertas dan papan buatan
6. Sebagai bahan baku karbon aktif.
Joedodibroto (1983) menyatakan, bahwa dari hasil analisa dimensi serat batang Eceng gondok diketahui memiliki panjang serat yang tergolong sedang (1,75-2,12 mm) dengan bentuk yang langsing dan memiliki diameter serat antara 11,15-11,65 um. Winarno (1993), menyebutkan bahwa hasil analisa kimia dari Eceng gondok dalam keadaan segar diperoleh bahan organik 36,59%, C organik 21,23%, N total 0,28%, P total 0,0011% dan K total 0,016%. Lebih lanjutJoejodibroto (1983) mengemukakan hasil analisa komponen kimia Eceng gondok yang tidak digiling ternyata mengandungkadar abu 12% dan setelah digiling menjadi 0,65%. Selanjutnya zat ekstraktif juga mengalami penurunan setelah digiling.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar